Inilah Perbedaan "Wedhus Gembel" Gunung Merapi dan Gunung Sinabung - Sinabung kembali erupsi pada Sabtu (1/2/2014). Hari itu, erupsi disertai dengan awan panas atau wedhus gembel yang hingga Senin (3/2/2014) tercatat mengakibatkan 15 orang tewas.
Tentang awan panas, Sinabung sebenarnya sudah mengeluarkannya beberapa kali. Tahun ini saja, awan panas sudah keluar pada 6 Januari, 7 Januari, dan 11 Januari.
Namun, karena adanya korban tewas akibat luncuran awan panas pada Sabtu, keganasan awan panas pun terngiang. Lalu, ada yang membandingkan antara awan panas Sinabung dan Merapi.
Pakar vulkanologi dan mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan, awan panas Sinabung sebenarnya biasa.
"Ini menjadi pemberitaan karena ada yang tewas. Sinabung dari dulu keluar awan panas. Wajar suatu gunung api mengeluarkan awan panas," kata Surono.
Jika mau membandingkan awan panas Merapi dan Sinabung, Surono mengatakan sejauh ini awan panas Sinabung tidak bisa dibandingkan dengan Merapi dalam radius luncuran maupun materialnya.
"Kalau Sinabung radiusnya 5 km. Tidak ada apa-apanya dibandingkan Merapi yang mencapai 15 km," ungkap Surono.
"Material awan panas Merapi terdiri dari batu-batu besar, sementara di Sinabung banyak debu," imbuhnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/2/2014).
Surono mengungkapkan, perbedaan tersebut terjadi karena karakteristik antara Merapi dan Sinabung.
Meski radiusnya jauh lebih rendah, awan panas Sinabung tak kemudian bisa diremehkan.
Suhu awan panas bisa mencapai 700 derajat celsius dan akan menghanguskan apa pun yang dilewatinya.
Kecepatan awan panas bisa mencapai 100 km/jam, sangat sulit bagi manusia untuk melarikan diri dari kejarannya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, dalam kasus Sinabung, manusia hanya punya waktu 2 menit untuk menyelamatkan diri dari awan panas.
Surono mengatakan, adanya korban tewas akibat luncuran awan panas Sinabung memberikan pelajaran penting tentang penyesuaian diri dengan perubahan.
Surono mengungkapkan, Sinabung mulai aktif lagi tahun 2010 setelah tidur panjang dari tahun 1600. Perubahan Sinabung harus direspons.
"Kita harus beradaptasi dengan alam. Bukan alam yang kita paksa untuk menuruti kehendak kita," ungkapnya.
Awan panas muncul dari sebuah gunung karena adanya tekanan tinggi di dalam perut gunung yang disertai dengan suplai magma.
Awan panas biasa muncul setelah adanya kubah lava. Material dari dalam gunung mulai debu hingga batu bercampur dengan air dan gas.
Dari jauh, awan panas tampak seperti domba yang berarak. Karena itulah, di Merapi, awan panas disebut wedhus gembel.
Berikut Sejumlah video menyuguhkan kedahsyatan luncuran awan panas Sinabung yang terus bererupsi sejak September 2013 lalu. Salah satunya ialah video yang diunggah oleh akun Photovolcanica berikut, yang menyuguhkan luncuran awan panas Sinabung pada Sabtu lalu.
Video lain yang diunggah ke Youtube menyuguhkan luncuran awan panas Sinabung pada bulan Januari lalu. Beberapa video diunggah oleh akun Photovolcanina, sementara lainnya diunggah oleh akun Earth Uncut TV.
Video yang diunggah Earth Uncut TV menyuguhkan penampakan awan panas Sinabung yang seperti arakan domba sehingga disebut wedhus gembel di Jawa. James, pemilik akun itu, mengaku bahwa ia merekamnya dengan Sony Z100 in 4096x2160 30p.
Sebuah video lain yang juga diunggah oleh akun Photovolcanina menyuguhkan dengan detail gugurnya kubah lava Sinabung yang kemudian diikuti oleh luncuran awan panas. Gerakan awan panas tersebut digambarkan 10 kali lebih lambat sehingga lebih jelas.
Awan panas terjadi karena lava bercampur dengan debu, batu, dan gas. Awan panas Sinabung memiliki radius 5 km dan terdiri atas debu. Awan panas Merapi lebih dahsyat sebab bisa mencapai 15 km dan terdiri atas batuan.
Video di atas terlihat indah. Namun, bagi warga yang bermukim di Sinabung, video itu berarti kesedihan. Sejumlah lahan pertanian rusak akibat erupsi Sinabung. Sabtu lalu, luncuran awan panas menewaskan 15 orang.
Sinabung semula dikategorikan sebagai gunung tipe B. Namun, sejak erupsi pada tahun 2010, Sinabung dikategorikan sebagai gunung tipe A. Karena sudah 400 tahun tidur, gunung ini belum banyak diteliti. Hingga kini, tingkah Sinabung sulit diprediksi. Belum diketahui kapan erupsi Sinabung berakhir.
This article originally appeared in : Awan Panas Sinabung yang Mematikan dalam Video || Kompas.com || Senin, 3 Februari 2014 | 18:01 WIB
terimakasih informasinya turut berduka atas musibah gunung meletus, smgo deberi ketabhan,
ReplyDeleteteeimakasih informasinya. turut prihatin atas musibah ini
ReplyDelete