Penebusan Dosa Melegitimasi Kezaliman terhadap Orang Tak Berdosa




Doktrin Penebusan Dosa Melegitimasi Kezaliman terhadap Orang Tak Berdosa Untuk menjustifikasi doktrin penyaliban Yesus untuk menebus dosa, penginjil membandingkan Al-Qur'an dan Yesus. Menurut mereka, keduanya adalah firman Allah yang berbeda status. Firman Allah dalam wujud kertas Al-Qur'an bisa musnah terbakar, sedangkan firman Allah dalam wujud Yesus akan kekal abadi. Demikian kutipannya:
“Orang Islam percaya setiap ayat Al-Quran adalah firman Allah yang kekal. Orang Kristen percaya Isa Al-Masih adalah Firman Allah yang kekal. Firman kekal umat Muslim memakai bentuk kertas dan tinta, diproduksi massal dengan mesin cetak. Firman ini secara tidak sengaja, dapat dimusnahkan oleh api atau rusak tenggelam akibat banjir. Firman Allah yang sejati datang dalam wujud manusia. Dia lahir dari seorang perawan. Hidup tanpa dosa. Mati bagi dosa manusia. Bangkit dari kematian dan naik kembali ke surga. Dia memberi hidup kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya dan karya-Nya.”
Kata orang Arab, penginjil ini mengalami jahil murakkab (bodoh kuadrat). Sudah salah tapi sok pintar. Kalamullah Al-Qur'an itu tidak akan pernah musnah dengan terbakar atau kebanjiran, karena ayat-ayat Al-Qur'an itu dihafal oleh jutaan manusia dan dijaga langsung oleh Allah. Sedangkan yang ujudnya kertas, itu bukan Al-Qur'an, melainkan mushaf Al-Qur'an. Karenanya, jika seluruh mushaf di dunia ini dibakar habis, Al-Qur'an tetap kekal karena dijaga oleh para penghafal (hafidz) Al-Qur'an.

Tentu saja status Al-Qur'an ini tidak bisa disamakan dengan keyakinan Kristen bahwa Yesus adalah penjelmaan Firman (logos) Tuhan. Karena ayat rujukan doktrin ini benar-benar palsu buatan manusia.

Para penginjil tak usah bersilat lidah mengajak umat Islam ke dalam kesesatan doktrin penebusan dosa dan penyaliban Yesus. Sebaiknya mereka berpikir dan merenungi keyakinan mereka. Dengarkan pendapat ilmuwan Kristen yang berpikir objektif dan rasional. DR Iohanes Rakhmat, mantan pendeta GKI dan dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (STTJ) mengkritisi doktrin ini sbb:

“Hemat saya, soteriologi salib atau jalan keselamatan melalui azab, kesengsaraan dan kematian Yesus di kayu salib memang memuat permasalahan-permasalahan teologis berat yang sangat sulit diatasi, atau bahkan tidak dapat diatasi sehingga merongrong validitas inti iman Kristen.

Pertama, kalau dosa manusia itu (dosa warisan ataupun dosa pribadi) dipandang Allah sebagai suatu tindak kekerasan yang dilakukan manusia terhadap sesamanya dan terhadap diri Allah sendiri, maka apakah tindak kekerasan yang Allah sendiri telah lakukan terhadap Yesus (dengan mengharuskannya menempuh jalan penderitaan dan kematian mengenaskan di kayu salib) akan bisa menghapus kekerasan dosa-dosa manusia? Apakah suatu tindak kekerasan bisa meniadakan suatu tindak kekerasan lainnya? Apakah tindak kekerasan Allah terhadap Yesus bisa mengeliminasi tindak kekerasan yang manusia lakukan terhadap sesamanya dan terhadap Allah? Bukankah pendapat kita adalah bahwa kekerasan akan menimbulkan kekerasan baru, bukan menghapuskannya? Bukankah dosa manusia tidak bisa dihapuskan oleh kekerasan ilahi? Bukankah dosa Allah tidak bisa menghapus dosa manusia? Bukankah dosa hanya menumpuk dosa, bukan melenyapkannya?

Kedua, bukankah teologi tentang penebusan dosa melalui penderitaan dan kematian biadab Yesus di kayu salib telah melegitimasi dan malah telah melakukan sakralisasi terhadap perbuatan biadab para pemimpin Yahudi dan gubernur Romawi Pontius Pilatus terhadap Yesus dari Nazaret yang sebetulnya tidak bersalah? Dengan kata lain, bukankah ketika gereja sedunia merayakan Jumat Agung, mereka sebenarnya sedang melegitimasi dan menyakralisasi kekejaman dan kekerasan serta kebiadaban sekelompok penguasa keagamaan dan politis kepada Yesus dari Nazaret? Bukankah tidak ada kekerasan yang sakral sehingga kekerasan ini boleh dilakukan?” (Membedah Soteriologi Salib, Sebuah Pergulatan Orang Dalam, hlm. 29-30).

Pernyataan pendeta Iohanes Rakhmat ini tak bisa diabaikan begitu saja, karena dikemukakan melalui penelitian panjang. Kompetensinya pun tak bisa dipandang sebelah mata, karena Iohanes Rakhmat berpendidikan formal purnasarjana di bidang pengkajian Yesus Sejarah (The Historical Jesus) dan Kekristenan Perdana. Afala ta’qilun, wahai misionaris Kristen? [A. Ahmad Hizbullah MAG/suara islam]

This article originally appeared in : Doktrin Penebusan Dosa Melegitimasi Kezaliman terhadap Orang Tak Berdosa | voa-islam.com | 07 Apr 2012

No comments:

Post a Comment

Abraham Lincoln Accident Acting Adele Adolf Hitler Ahok Air Susu Ibu Aisha Gaddafi Albert Einstein Alicia Keys Alien Amanda Knox American Idol Amitabh Bachchan Amy Winehouse Angelina Jolie Animal Anna Chapman Anti Islam Apple Archeology Arnold Schwarzenegger Artist Aung San Suu Kyi Autism Avatar Ayman Al-Zawahri Barack Obama Bencana Alam Berpelukan Beyonce Bill Gates Biography Blake Fielder Blog Bollywood Bon Jovi Brad Pitt Britney Spears Brittany Murphy Broadway Bruce Willis Bryan Adams Buah - Buahan Budaya Cameron Diaz Carla Bruni Celebration Celebrity Cell Phone Charlie Sheen Cheryl Cole Christina Aguilera Christopher Tierney Computer Conspiracy Covid-19 Credit Card Criminal Cristiano Ronaldo David Cameron David Walliams Demi Moore Depression Diet Dinosaurs Disaster Discovery Disease Donald Trump Dosa Economic Elin Nordegren Elton John Elvis Presley Evolution Facebook Famous Farrah Fawcett Fashion Fenomena Fidel Castro Film Finance Fisikologi Anak Frank Sinatra Games Gary Lineker Global Warming Grammy Awards Guns N' Roses Haji Halle Berry Harry Potter Health Helen Mirren Helena Christensen History Hoaxes Holiday Hollywood Home Hong Kong Hugo Chavez Humanity Humor Ibadah Ibadah Ramadhan iChildren Indonesia Innocence of Muslims Insomnia Insurance Internet Irina Shayk Isaac Newton James Franco Jane Fonda Janet Jackson Javier Bardem Jennifer Aniston Jennifer Lopez Jermaine Jackson Jesus Jewelry Jhon Terry Joaquin Phoenix John Lennon John Prescott Jokowi Journalism Julia Roberts Justin Bieber Karina Smirnoff Kate Middleton Katherine Heigl Katy Perry Kehamilan Kendra Wilkinson Kesehatan Payudara Kesehatan Rambut Kiamat Kim Kardashian King Abdullah King Abdullah II King Salman Kiyai Korupsi Indonesia Kristen Stewar Lady Diana Lady GaGa Law Lee DeWyze Legend Leonardo DiCaprio Lifestyle Lily Allen Lindsay Lohan Lionel Messi Madonna Margaret Thatcher Mariah Carey Marilyn Monroe Mario Balotelli Mark Zuckerberg Marriage Mel Gibson Michael Jackson Michelle Obama Mick Foley Mick Jagger Mike Tyson Miley Cyrus Miranda Kerr Miss Universe Mistery Mitos dan Fakta Moammar Gadhafi Modelling Moments Mona Lisa Money Mothers Music Mystery Naomi Watts Nelly Furtado News Nia Sanchez Nicolas Cage No Smoking Nuclear Obat - Obatan Olivia Newton-John's Oprah Winfrey Orang Kantoran Orde Baru Osama bin Laden Oscars Pamela Anderson Pandemi Parent Paris Hilton Pasangan Hidup Patricia Neal Paul McCartney Pejabat Pendidikan Penelope Cruz Performers Permainan Anak Personality Photo Pippa Middleton Pisikologi Remaja PNNU Politics Pollution Pope Prabowo Presiden Prince Charles Prince Felipe Prince George Prince Harry Prince Philip Prince Salman Prince William Princess Princess Diana Princess Lilian Princess Victoria Producer Produk Kecantikan Queen Elizabeth Queen Helen Recep Tayyip Erdoğan Relationships Religion Resolusi Jihad Ri Sul-Ju Ricky Martin Rihanna Rokok Rolling Stone Royal Baby Royal Family Salma Hayek Sandra Bullock Sarah Palin Scandal Science Scientists Selena Gomez Sepak Bola Serena Williams Shah Rukh Khan Sharon Stone Simon Cowell Soekarno Songwriter Sophie Reade Space Spiritual Sport Storm Stress Suami Isteri Super Bowl Sylvester Stallone Taylor Swift's Technology Television Tentara Teroris Tiger Woods Tips and Tricks Tips Kesehatan Tips Komputer Tips Pria TKR TNU Tom Cruise Tony Curtis Top 10 Travel Vaksinasi Van Halen Vatican Victoria Beckham Virus Wag Wedding Whitney Houston Woman Woody Allen World World Cup Yahudi Yoga Zsa Zsa Gabor