Semenjak TV kabel masuk ke Indonesia, banyak sekali tayangan anak dari luar negeri yang disiarkan dan bahkan dialihsuarakan. Anda ingat ‘Bananas in Pyjamas’ - tayangan yang mengetengahkan dua karakter pisang yang lincah menari?
Lewat tontonan seperti itu, anak-anak bisa mempelajari hal-hal dasar dalam kehidupan sehari-hari. Konon menurut psikologi perkembangan anak, tayangan yang ditujukan kepada anak harus disesuaikan dengan kategori usianya.
Karakter pisang yang lincah dan pintar bergoyang sungguh menarik perhatian anak-anak. Puput, bocah berusia 9 tahun, mengatakan, ia menyukai ‘Bananas in Pyjamas’ karena gerakan dan kostumnya yang lucu. Hal serupa juga dituturkan Febrianingsih, siswa kelas 3 SD. Ia terpukau dengan gerakan duo pisang tersebut yang sangat energik.
Tak hanya bocah SD seperti Puput dan Febri yang gembira melihat aksi ‘Bananas in Pyjamas’, duo pisang ini juga dinilai para orang tua sebagai tontonan yang pas dan edukatif bagi anak-anak.
Titi, seorang Ibu dari bocah berusia SD, mengungkapkan, ‘Bananas in Pyjamas’ mewakili buah yang seringkali tak disukai anak-anak. Dengan karakter boneka pisang yang lucu, kehadiran mereka bisa membuat anak-anak yang tadinya takut atau tak mau mengkonsumsi pisang, mulai menyukai buah tropis ini.
Seperti halnya Titi, Diah yang seorang ibu-pun juga menyukai tayangan yang berasal dari Australia ini. Menurutnya, ‘Bananas in Pyjamas’ menghibur dan mengajarkan anak-anak untuk menjadi pintar.
Diah bahkan mengingat betul salah satu ajakan yang disampaikan ‘Bananas in Pyjamas’, yang muncul sejak awal ‘90an ini.
“Sikat gigi..sikat gigi...sikat gigi..harus sikat gigi,” ujarnya.
Tayangan anak yang tepat usia
Tayangan anak tentu harus dibedakan dari tayangan orang dewasa. Menurut Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Judhariksawan, regulasi penyiaran di Indonesia memang belum mengatur detil mengenai tayangan anak. Namun KPI memiliki tim pengawasan yang bekerja 24 jam penuh memantau seluruh tayangan televisi, ternasuk tayangan anak.
Judhariksawan menjelaskan, siaran untuk anak-anak harus berisi tentang hal-hal yang memang sesuai dengan usia anak-anak. Mereka membutuhkan pembentukan karakter, pembentukan watak, edukasi, dan sebagainya. Program-program yang merusak kejiwaan anak, merusak perkembangan dan daya kreatifitas anak, tak sesuai dengan misi tersebut.
Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, yang juga psikolog anak terkenal, Seto Mulyadi atau akrab dipanggil Kak Seto, mengatakan, tayangan anak harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.
Ia menuturkan, tayangan anak harus mengandung cerita yang sesuai dengan usia anak. Misalnya, anak usia pra-sekolah menyukai fabel, atau cerita yang berhubungan dengan dunia hewan. Anak-anak seumur ini tentu tak menyukai cerita petualangan. Demikian pula sebaliknya, anak-anak usia SD tentu sudah tak menyenangi cerita tentang dunia hewan.
Lewat tayangan, masa depan generasi muda dapat dipupuk . Bayangkan jika apa yang disaksikan anak-anak lewat layar kaca tak semestinya mereka tonton? Tentu dalam hal ini, orang tua, sekolah, pengusaha media dan seluruh elemen masyarakat harus dapat bekerjasama dengan baik.
This article originally appeared in : Tontonan TV Anak Harus Sesuai Tahapan Perkembangan Usia Anak
No comments:
Post a Comment