Pesawat Jokowi Mulai Memasuki “Turbulensi” Hebat? Jokowi selaku “pilot” Republik Indonesia sudah mulai memasuki awan
“cumulonimbus.” Petir dan udara hampa sudah menanti disana. “Turbulensi”
politik [meminjam istilah Hanta Yuda] tentu tidak terhindarkan.
“Republik” ini pelan-pelan mulai merasakan guncangan. Hanya saja, pilot
belum memerintahkan untuk memakai seat belt.
“Turbulensi” itu bermula dari kebijakan
Jokowi memasuki 100 hari pemerintahannya. Dimulai saat Jokowi memilih
para menteri untuk mengisi kursi Kabinet Kerja. Zaken kabinet yang
diimpikannya, ternyata tak kesampaian. Akhirnya Kabinet Kerja itu harus
diisi oleh para profesional dan profesional partai.
Akibatnya, satu persatu kritik mulai mengarah kepadanya. Beberapa media mainstream yang sebelumnya cenderung me-make up
Jokowi dengan berita “cantik,” kini mulai menyampaikan kondisi apa
adanya. Dan, hujan kritik mulai terhujam ke arah Jokowi. Makin lama,
guncangan akibat “turbulensi” makin terasa, terutama ketika Jokowi
menaikkan harga BBM [meski kemudian diturunkan kembali].
Belum usai “turbulensi” akibat naiknya
harga BBM, Kamis (8/1/2015) seorang politisi senior memberi sinyal
melalui twitter, bunyinya: “Besuk akan menjadi berita penting,
mudah-mudahan berjalan sesuai rencana dan membawa manfaat buat rasa aman
bersama #kode.”
Kode yang disampaikan politisi senior
baru terpecahkan, Jumat 9 Januari 2015. Sore itu tersiar kabar bahwa
Presiden Jokowi melayangkan selembar surat yang ditujukan kepada DPR-RI
tentang Calon Kapolri.
Publik heboh. Medsos dipenuhi dengan komentar
tentang rekam jejak sang calon yang diajukan Jokowi. Ditengah kehebohan
publik, tiba-tiba KPK menetapkan sang calon sebagai tersangka.
Uniknya, meskipun sudah berstatus
sebagai tersangka, sang calon tetap mengikuti uji kepatutan dan
kelayakan di depan Komisi III DPR-RI. Hasilnya, DPR-RI menyetujui calon
tunggal Kapolri yang diajukan Jokowi. Kata para pengamat, bola panas
dikembalikan DPR-RI ke tangan Jokowi.
Akibatnya, “turbulensi” makin
mengguncang “pesawat” yang dipiloti Jokowi. Bukan hanya crew yang
terguncang, rakyat pun dibuat bingung. Pernyataan dan komentar crew
maupun rakyat silih berganti mengisi halaman media sosial, dan media
mainstream.
Tiba-tiba isu rumah kaca mengapung
berdasarkan sebuah tulisan di Kompasiana. Isu inipun menjadi topik
paling hangat yang diulas media minggu ini. Kondisi ini benar-benar
membingungkan publik, siapa sesungguhnya yang benar.
Ditengah kebingungan itu, Jumat
(23/1/2014), tiba-tiba menyeruak berita yang sangat menghebohkan.
Bambang Widjojanto, Wakil Ketua KPK, ditangkap. Indonesia makin heboh.
Tidak lama kemudian, halaman medsos dipenuhi tagar #SaveKPK. Bahkan,
trending topic tertinggi di twitter hari ini diisi oleh #SaveKPK. Semua
bertanya-tanya, ada apa dengan elite-elite di Jakarta?
Guncangan demi guncangan terus mengubah
konstelasi politik nasional. Massa dan tokoh pendukung utama Jokowi saat
Pilpres yang lalu, terlihat mulai merapat ke gedung KPK. Melalui media
televisi, mereka berbicara tentang upaya menyelamatkan KPK.
Dikhawatirkan, “turbulensi” ini bukan
hanya mengguncang crew dan para penumpang, tetapi bisa membuat sang
pilot mabok udara. Bayangkan, bagaimana seorang pilot yang sedang muntah
bisa mengendalikan pesawat ditengah “turbulensi” hebat?
Terlepas dari kemungkinan muntahnya
pilot dan kru akibat ‘turbulensi” dan konstelasi politik yang terus
berubah, siang tadi pengguna akun twitter @budionodarsono menulis
kalimat menarik. Isinya: “Kepemimpinan Jokowi sedang diuji, yang
akhirnya membuktikan: Dia presiden atau hanya sekadar petugas partai.” (tempo.co)
This article originally appeared in : Jokowi Dalam Pusaran 'Cumulonimbus' / Senin 26 Januari 2015 09:44 WIB
No comments:
Post a Comment