Setiap beberapa bulan, sebuah mode diet terbaru muncul; diet Atkins, diet sup kubis, diet makanan bayi, diet Hollywood. Pola makan tersebut mungkin bisa berhasil untuk sebagian orang, namun sering ada kekhawatiran mengenai kesehatan jangka panjang bila dilakukan terlalu lama.
Para pendukung diet terbaru menyatakan, diet yang mereka terapkan tidak hanya membantu kesehatan tapi juga menurunkan berat badan. Puasa selang-seling, dengan ketentuan orang yang melakukan diet tidak memakan beberapa jenis makanan pada hari tertentu, telah digembar-gemborkan oleh sebagian orang sebagai penemuan ilmiah yang menakjubkan.
Mereka yang melakukannya menyatakan, diet tersebut dapat menurukan berat badan, membuat panjang umur dan bahkan dapat mencegah demensia (penurunan fungsi kerja tubuh).
Tentu saja, puasa pada umumnya dilakukan oleh mereka yang meyakininya, National Health Service (NHS) menyarankan orang-orang yang berdiet untuk tidak melewatkan makan. Jadi bagaimana cara kerja puasa tersebut?
Keuntungan puasa
Inilah teorinya. Tubuh kita memiliki hormon pertumbuhan yang dikenal sebagai IGF-1, yang membantu proses tumbuh-kembang ketika kita masih kecil. Namun, saat telah dewasa hormon tersebut menyebabkan penuaan, sementara jika pertumbuhannya melewati batas dapat menyebabkan kanker, diabetes serta penyakit lainnya.
Berpuasa menurunkan tingkat IGF-1, yang dipercaya oleh sebagian ilmuwan memperlambat pertumbuhan sel-sel baru dan mendorong tubuh Anda untuk memperbaiki sel-sel yang telah ada. Puasa juga dapat mempercepat proses pembakaran lemak, sehingga Anda dapat menurunkan berat badan.
Penelitian yang dilakukan oleh Baltimore National Institute on Aging menyatakan bahwa puasa sekali atau dua kali dalam sepekan dapat melindungi otak dari penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson.
Sejumlah percobaan yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan, puasa dapat meningkatkan harapan hidup sampai 50 persen. Beberapa orang berpikir bahwa manusia juga bisa mendapat manfaat yang sama dan muncul ketertarikan terhadap pola-pola puasa.
Diet 5:2
Ada sebuah puasa yang saat ini tengah populer. Diet 5:2, yakni puasa dua hari dalam waktu berbeda sepekan. Pada saat berpuasa pria dapat mengonsumsi 600 kalori dan wanita hanya 500 kalori.
Mereka yang melakukan diet dapat memilih untuk mengonsumsi makanan sekaligus, atau memakannya secara bertahap selama satu hari. Motode itu diperkenalkan lewat program BBC Horizon, “Eat, Fast and Live Longer,” saat reporter mencoba sejumlah teknik puasa yang berbeda.
Dia juga menulis pengalamannya dan keuntungan yang bisa didapatkannya. Berikut ini pengalaman tiga orang yang telah mencoba diet 5:2.
David, 32 tahun“Saya mulai tertarik puasa selang-seling karena katanya membantu panjang umur dan menjadi lebih sehat. Saya tidak terlalu tertarik menurunkan berat badan karena saya tidak gemuk, meskipun saya telah kehilangan tiga kilogram berat tubuh dalam empat pekan masa diet tersebut, perut saya jauh lebih datar.”“Hari-hari saat berpuasa cukup sulit. Saya tidak dapat belari atau berolahraga karena saya tidak selalu mempunyai energi dan terkadang menjadi sedikit pemarah. Saya memakan semangkok kecil bubur untuk sarapan dan dua mangkok kecil salad di siang hari.”“Namun hasilnya bagus. Maksud saya, saya dapat menikmati banyak makanan yang saya mau di hari berikutnya dan dapat meningkatkan kesehatan jangka panjang.”“Saya merasa ini seperti sebuah perubahan gaya hidup dibandingkan sebuah mode diet, saya rasa akan melakukannya dalam waktu yang lama.”Victoria, 61 tahun“Saya pensiunan dokter umum dan selalu skeptis terhadap berbagai jenis diet yang ekstrem. Namun setelah menyaksikan sebuah tayangan dokumenter, saya memutuskan mencobanya.”“Motivasi utama saya adalah untuk menurunkan berat badan namun saya juga tertarik karena katanya diet itu dapat mencegah Alzheimer. Ibu saya menderita demensia dan saya ingin melakukan apa pun demi mengurangi risikonya.”“Saya telah mencobanya selama lima pekan dan sekarang badan saya turun satu pon (sekitar 0,45 kg) setiap pekan.”“Itu diet yang aneh karena sangat mudah sekaligus sulit dilakukan. Saat berpuasa, saya makan dua porsi kecil dan saya merasa kadang sulit menahan diri untuk makan camilan dan menyerah melakukannya. Namun, saya bisa makan apapun yang diinginkan di sisa pekan — jadi saya tidak merasa bersalah jika saya menghabiskan kue atau biskuit. Saya pikir mungkin akan melakukannya sepanjang hidup.”Stephanie, 30 tahun“Saya benar-benar ingin mencoba puasa selang-seling karena benci untuk selalu memikirkan diet. Saya kehilangan banyak berat tubuh dengan Slimming World, namun Anda harus selalu berhati-hati saat melakukan cara itu. Dengan puasa secara berselang, saya hanya perlu mengkhawatirkan masa diet dua hari dalam sepekan yang saya lakukan.”“Namun, saya memutuskan untuk tidak melanjutkannya. Belum ada penelitian lebih lanjut terhadap manusia, jadi saya menyelidikinya dengan membaca forum online dan beberapa blog. Ada pendapat yang mengatakan, puasa selang-seling dapat menggangu kesuburan wanita, dan saya masih berencana untuk memiliki anak.”“Mungkin saya akan melakukannya lagi ketika sudah tidak ingin menambah anak, apalagi jika telah banyak dilakukan penelitian mengenai dampaknya terhadap manusia dibandingkan terhadap tikus!”
Tanya dokter
Studi kasus yang telah dipaparkan menunjukkan, belum ada uji coba lanjutan mengenai manfaat atau kerugian yang diakibatkan dari puasa selang-seling terhadap manusia.
Jika Anda tergoda untuk mencobanya, akan lebih baik untuk membicarakannya dengan dokter terlebih dahulu untuk memastikan bahwa hal itu tidak akan membahayakan kesehatan Anda.
Namun bila para ilmuwan benar dan manfaat yang dihasilkan begitu besar, maka puasa dua hari dalam sepekan Anda dapat menjadi sama pentingnya dengan program konsumsi lima buah dalam sehari.
Anda sudah mencoba puasa selang-seling? Apa yang Anda makan saat berpuasa? Apakah itu hanya sekadar mode diet ataukah sebuah penemuan terbaru? Berbagilah pengalaman serta pikiran Anda dengan para pembaca lain pada komentar-komentar di bawah ini.
This article originally appeared in : Manfaat Berpuasa Dua Kali Dalam Seminggu : Yahoo! SHE – Kam, 13 Sep 2012 10:25 WIB
No comments:
Post a Comment