Gembar-gembor penggunaan obat herbal di klinik Traditional Chinese Medicine (TCM) rupanya cuma pemanis bibir belaka. Setidaknya itu yang terjadi pada Klinik TCM Harapan Baru. Dalam pemberian obat, klinik yang berlokasi di Jalan KH Wahid Hasyim Nomor 4, Medan, itu sangat tertutup. Belakangan diketahui TCM itu menggunakan obat kimia yang sangat berbahaya.
Majalah Tempo edisi terbaru, 4 Februari 2013, mengangkat laporan investigasi soal janji palsu klinik-klinik TCM. Menjanjikan pengobatan herbal, klinik-klinik TCM justru secara ilegal menginfus pasien dengan obat-obatan kimia, hingga menggunakan zat kemoterapi beracun, bahkan steroid.
Di TCM Harapan Baru, resep yang diberikan pada pasien selalu dalam bahasa Cina. Akibatnya, pasien tak pernah tahu obat apa yang masuk ke tubuh mereka. Saat ditanya melalui penerjemah, sinse hanya mengatakan itu obat kanker dan khasiatnya bagus.
Kalaupun bisa diterjemahkan--seperti yang dicoba dilakukan Tempo--hasil akhirnya sama saja: bingung. Soalnya, obat-obatannya ternyata ditulis dalam bentuk kode huruf dan angka: MR1, MR2, C01, C02, dan seterusnya. Penerjemah di Cina yang mengalihbahasakan salah satu catatan status pasien Du Bin ke bahasa Inggris, Januari lalu, berhenti pada bagian resep. “Ini tidak perlu diterjemahkan. Isinya cuma angka-angka dan huruf tak penting,” tulisnya dalam e-mail.
Kesaksian soal pemberian infus dan obat-obatan modern juga diberikan oleh Dela--sebut saja begitu--mantan perawat di TCM Harapan Baru Medan. Dia bercerita, pada hari pertama bekerja, ia langsung diperintahkan menginfus delapan pasien. “Kami hanya menjalankan advice. Misalnya ada obat Hua Chansu dimasukkan ke NaCl 250 cc. Ketika aku bertanya ke Du Bin obat itu fungsinya apa, dia suka nutup-nutupin,” ujarnya.
Setiap pasien diberi sedikitnya empat botol infus. Misalnya satu botol 500 cc berisi vitamin C dan B, dicampur berbagai obat--kadang sampai 12 ampul untuk satu botol infus. Jika obatnya banyak, dipakai cairan infus 250 cc. Sebagian besar ampul, kata Dela, tertulis dalam bahasa Cina dan tidak ada registrasi BPOM. Dia mengaku sering menginfuskan Carboplatin. “Perawat-perawat sebelumnya menyebut itu obat kemo herbal.”
Dan, astaga, apa pun keluhannya--kanker rahim, payudara, usus, dan paru-paru--obatnya itu-itu juga. Diputar-putar. Para perawat juga sering disuruh memotong jaringan mati sel kanker di tubuh pasien dan merawat luka, yang seharusnya pekerjaan dokter.
Dari salah seorang mantan pegawai Harapan Baru, Tempo mendapatkan satu paket obat-obatan untuk infus. Isinya 19 jenis dalam bentuk cairan di ampul dan bubuk pada botol kecil. Semuanya tanpa registrasi BPOM, 14 berlabelkan huruf Cina. Ramadhan, dokter spesialis bedah onkologi dari Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, mengenali dua di antaranya sebagai obat-obatan terapi kemo, yakni Cisplatin dan Carboplatin.
Lalu ada Cinobufutalin. Ramadhan mula-mula tak mengenali ekstrak kulit katak beracun ini. Setelah melakukan penelusuran di Internet, dia terkejut. Ternyata itu sejenis cardiotonic atau tonik jantung. Berfungsi sebagai steroid, obat ini memiliki efek painkiller 200 kali melebihi morfin.
Barangkali inilah penjelasannya mengapa para pasien yang pertama kali diinfus di Harapan Baru langsung tak merasa sakit dan seolah-olah sembuh. “Memang dalam pengobatan kanker, semisal untuk kemo, disyaratkan pasien sefit mungkin. Tapi bukan dengan cara diberi obat steroid,” ucap Ramadhan sambil menggelengkan kepala.
This article originally appeared in : Resep Obat Menyesatkan di Klinik Tradisional Cina
No comments:
Post a Comment