Misteri Dibalik Diamnya Partai Demokrat? - "Your silent so thunderous," Diam yang menggelegar, barangkali kutipan dari buku Cornelius Ryan, A Bridge Too Far tersebut cocok mewakili silent nya Demokrat. Diamnya Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di tengah hiruk pikuk pemberitaan koalis. Ya memang ada satu dua kutipan rutin tercipta, saat jurnalis bersentuhan dengan orang orang Demokrat. Tapi.. hello ini demokrat yang kita bicarakan. Demokrat dengan segala jenis ekspresi politik yang vivid.
Sangat vokal bahkan bising di era perjalanan pemerintahan SBY. Terbilang kita bisa seret beberapa nama sebagai sumber kegaduhan yang bisa diafiliasikan kepada partai Biru ini. Semisal Sutan Bhatugana, Ruhut Sitompul, Ramadhan Pohan, Gita Wirjawan, bahkan sang adi luhung sendiri Presiden SBY, yang terkadang senang nyeletuk sampai ke hal hal ndak penting. Contohnya soal dukungan pada K-Pop.
Namun, frekuensi kebisikan di partai Demokrat menurun, jauh menurun, utamanya selama dan sesudah kampanye. Semakin sunyi ketika pencoblosan dan lalu diikuti oleh hiruk pikuk partai saling dekat, saling cium, saling semir sepatu, pasang gincu demi koalisi. Demokrat out of radar. Kemana Demokrat?
Menurut vokalis abadi Demokrat, Ruhut Sitompul, partai nya kini berada dalam mode senyum. Smiling mode... hmmm macam mana pulak mode senyum dari Poltak maksudnya?
Maksudnya adalah wacana yang digulirkan dan menyenggol nyenggol nama Demokrat, maka fungsionaris partai itu hanya bisa tersenyum senyum.
"Kadang-kadang kami senyum saja melihat ada wacana (koalisi hingga pencapresan) seperti itu," ungkap Ruhut.
Ruhut juga menegaskan bahwa partainya tidak terburu buru melakukan sesuatu. " Pak SBY pemegang kartu truf siapapun yang menjadi Capres," tambahnya. Demokrat dengan diam dan senyum merasa di atas angin.
Pun dari SBY sendiri, hampir tidak ada wacana kontroversial yang menarik minat publik sejauh ini. Menyiratkan dugaan bahwa SBY sedang menarik diri dan tidak mau ditekan tekan orang tentang pilihan koalisi demokrat. Karena tekanan publik itu memang akan merugikan partai menengah secara taktis dan menghilangkan nilai jual partai menengah di antara partai besar.
SBY, lalu Ruhut, dan ke bawahnya memang senang melakukan advokasi komentar kontroversial, karena itulah cara yag tepat untuk "mengontak" dan meminta perhatian rakyat Indonesia. Jika tidak ada kabar kontroversi, maka suatu wacana pemerintahan di rasakan tidak akan bergulir dengan baik. Termasuk saat dengan cerdik Demokrat memainkan kartu "PKS melawan koalisi Setgab tolak BBM"
PKS tidak memainkan isu itu dengan manis dan bernas, sehingga akhirnya Demokrat berhasil menarik simpati dari kasus "pengkhianatan koalisi." alih alih tolak kenaikan BBM.
Lalu kini, Demokrat memilih mode diam dan nyengir. Terhadap apa yang sedang terjadi, dari sulitnya Jokowi mencari kawan koalisi yang handal, dari kisruh PPP yang melibatkan Gerindra, dari beban mental PKS yang ingin mencari panutan baru yang bisa nembus ke pemerintahan, pilihan demokrat adalah diam.
This article originally appeared in : Ada apa dibalik Diamnya Demokrat? | fiskal.co.id | 21st April 2014 , 04:04 AM
No comments:
Post a Comment